Jumat, 29 Maret 2019

BI: Game Online Impor Ikut Perlebar Defisit Neraca Pembayaran RI

LB89.COM - Aplikasi permainan yang disediakan di sejumlah platform ternyata berdampak pada melebarnya defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI). Sebab, setiap unduhan yang dibayar masyarakat akan beralih ke luar negeri.


Deputi Gubernur Senior Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini belum ada perhitungan signifikan antara unduhan gameonline dengan neraca pembayaran, namun dia meyakini hal tersebut turut berdampak pada melebarnya defisit neraca pembayaran.

Dia mencontohkan, harga online sebesar Rp 7.000-10.000 atau sekitar USD 0,5. Namun jika yang mengunduh 2 juta orang per hari, maka hal itu cukup berdampak pada dana keluar dari Indonesia.
"Kalau kita main games itu kelihatanenggak di NPI? Sekarang sihenggak, tapi mudah-mudahan kelihatan. Yang pasti itu uang Indonesia ke luar. Setengah dolar, tapi kalau yang main 2 juta orang, ya itu uang keluar untuk games itu," ujar di Gedung BI, Jakarta, Rabu (27/3).

Untuk itu, Mirza mendorong para milenial bisa menciptakan aplikasi permainan yang bisa diproduksi dan diunduh oleh masyarakat Indonesia. Terlebih bila aplikasi tersebut bisa diunduh oleh WNA, sehingga menyebabkan dana asing masuk.

"Bisa enggak kita bikin games? Enggak bisa? Teman-teman kita di ITB, ITS, bikin games yang diproduksi Indonesia, mungkin sudah ada. Tapi itu bagus kalau bisa. Tapi kan artinya perlu skill," jelasnya.
Namun demikian, Mirza mengapresiasi semakin maraknya rumah produksi di dalam negeri yang menghasilkan film dengan kualitas baik. Apalagi film tersebut bisa diputar di luar negeri, hal ini tentu berdampak positif bagi aliran dana yang masuk ke Indonesia.

"Sekarang banyak PH di Indonesia, dan kita bisa jadi tuan rumah untuk film-film kita di Indonesia ini. Kalau zaman dulu saya , SMP, nonton film barat semua, film luar negeri, silat dari Hong Kong," tambahnya.

Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang tahun lalu defisit USD 7,1 miliar, anjlok dari 2017 yang mencatatkan surplus USD 11,6 miliar. Ini merupakan kedua kalinya NPI mencatatkan defisit di era pemerintahan Jokowi, setelah di 2015 NPI mencatatkan defisit USD 1,1 miliar.

Adapun penyebab utama dari anjloknya NPI selama tahun lalu karena defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang jauh lebih besar dibandingkan surplus transaksi modal dan finansial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar