Mulai Selasa (3/7) pukul 00.00 WITA sampai pada pukul 06.00 WITA, ada satu kali gempa letusan, 10 kali embusan asap dan tiga kali gempa dengan frekuensi rendah.
Sementara, pukul 04.13 WITA, terjadi erupsi lagi yang membawa material abu dan terdengar gemuruh. Untuk ketinggian abu relatif sama dengan yang terjadi kemarin dengan mencapai 2.000 meter.
"Namun kalau dari segi tekanan mulai dari kemarin pada pukul 21.04 WITA, memang lebih besar karena dia melontarkan lava pijar," ucap Devy saat ditemui di Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa Rendang, Karangasem, Bali.
Devy memaparkan, untuk spektrum aktivitas Gunung Agung ini sangat luas. Jika dilihat dari sejarah panjangnya, karakteristik Gunung Agung dicirikan oleh erupsi-erupsi yang bersifat eksplosif dan efusif.
"Eksplosif ini dari strombolian sampai ke vulkanian, dan sampai juga ke sablinian. Artinya kolom abu bisa pendek, menengah dan bisa sampai tinggi. Dan juga bisa berupa leleran lava ke permukaan kawah," jelasnya.
Menurut Devy, jika dilihat pada tahun 1963 yang lalu, erupsi Gunung Agung sampai lava keluar kawah, karena memang kedalaman atau dimensi kawah pada tahun itu lebih kecil daripada saat ini.
"Proses yang terjadi pada tahun ini, karakteristik erupsinya tidak menyimpang dari karakteristik Gunung Agung itu sendiri. Hal ini masih melakukan efusif lava, dan masih melakukan erupsi eksplosif atau magmatik. Pada tahun 2016 dan 2017 yang lalu, dia (Gunung Agung) melakukan erupsi abu dan erupsi strombolian seperti yang terjadi pada tanggal 19 Januari 2018 dan kemarin malam," jelasnya.
Untuk saat ini, kata Devy akan terus mengikuti aktivitas perkembangan Gunung Agung. Karena dalam memantau perkembangan bukan hanya dilihat secara visual saja, namun juga didukung oleh data-data perkembangan yang lain.
"Kita mengamati bukan hanya secara visual, kalau melihat secara visual saja kita bisa tersesat, tapi kita lihat data-data lainnya seperti data seismik, kegempaan, deformasi, atau data-data geokimia dan data dari satelit atau lainnya," ujarnya.
Untuk data dari seismik hal itu bisa dilihat, bahwa seluruh gempa yang terekam adalah gempa-gempa yang frekuensinya rendah. Konten frekuensi rendah ini, berkaitan aliran yang menuju kepermukaan. Selama dalam 6 jam terakhir dalam gempa-gempa vulkanik yang mencirikan adanya peretakan batuan karena adanya pergerakan magma yang besar dari bawah Gunung Agung.
"Jadi untuk sementara ini kita masih evaluasi. Untuk tingkat status Gunung Agung ini masih di level 3 atau (SIAGA) dengan ancaman bahanya di radius 4 kilo meter. Jadi kami mengimbau, bagi masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di dalam radius 4 kilo meter," jelas Devy.
"Untuk aktivitas Gunung Agung ini masih tinggi, karena masih terus berkembang aktivitasnya untuk terjadi erupsi kembali. Jadi kalau kita melihat diatas kawah dan melihat cahaya yang terang itu, indikasinya sedang melakukan eruspsi eksplosif meskipun tidak mengeluarkan abu. Jadi erupsi ini, adalah keluarnya magma ke permukaan," tambah Devy.
"Kalau yang terjadi secara efusif, hal itu berupa aliran dari dalam gunung dan keluar gunung. Kalau yang terjadi keluar abu dan lontaran lava pijar adalah erupsi yang eksplosif. Sampai saat ini, kita masih dalam fase erupsi dan kita masih berpotensi melihat Gunung Agung erupsi kembali," tutup Devy
Dapatkan Bonus 100% dari Kami Luckybet89
Klik Link di bawah ini
https://goo.gl/EB2OL8
Baccarat, DragonTiger,Sic Bow, Roulette ,Se Die.Fan Tan, Keno,Slot games dan Sportsbook
Dapatkan Promo Menarik Kami Hari ini
Welcome Bonus 100% (Langsung Diberikan)
Cash Back Win or Lose 0,8% (Casino)
Cash Back Win or Lose 0,5% (Sportsbook)
Cash Back Total Lose 5%
Loyalty Bonus 10%
Proses Depo dan WD yang Cepat dan Mudah.
Coba Keberuntunga Anda Disini,Anda Pasti Bisa
alternatif link : www.lb89.com www.hokibet89.com www.pokemonbet89.comwww.89luckybet.com
WE SUPPORT FIFA WORLD CUP RUSSIA 2018Contact Us :
*TWETT : @luckybet89
*LINE : luckybet89
*WA : +6287867388989
*WECHAT: luckybet_89
*BBM : lucky89 / 5C53064C
*IG : @luckybet89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar